Hebat, Klengkeng Ternyata Cocok di Tanah Grobogan

 


Siapa sangka, tanah yang selama ini dikenal kering dan bergantung pada musim hujan seperti di Kabupaten Grobogan ternyata juga sangat potensial untuk budidaya buah klengkeng. Persepsi bahwa klengkeng hanya cocok tumbuh di daerah pegunungan kini mulai terpatahkan. Di tangan generasi muda yang inovatif, lahan pertanian Grobogan justru mampu menghasilkan klengkeng berkualitas tinggi dengan hasil yang luar biasa.


Bukti nyata keberhasilan itu hadir dari seorang pemuda Grobogan yang berhasil mengembangkan kebun klengkeng seluas kurang lebih 1 hektar di Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngaringan. Seluruh lahan tersebut ditanami klengkeng dan kini telah memberikan hasil panen yang memuaskan.


Tanah Grobogan yang Ternyata Cocok untuk Klengkeng


Selama ini, Grobogan lebih dikenal sebagai daerah pertanian pangan dengan dominasi lahan tadah hujan. Namun dengan pengelolaan tanah yang tepat, pemilihan bibit unggul, serta sistem perawatan yang baik, tanaman klengkeng terbukti mampu tumbuh subur dan produktif.


Struktur tanah yang cukup gembur, intensitas sinar matahari yang tinggi, serta dukungan pemupukan organik dan pengairan sederhana menjadi faktor utama yang membuat klengkeng berkembang optimal. Hal ini sekaligus membuka peluang baru bagi diversifikasi komoditas buah di Grobogan.


Pemuda Grobogan di Balik Sukses Kebun Klengkeng


Sosok di balik keberhasilan kebun klengkeng ini adalah Kukuh Prasetyo Rusady, pemuda yang dikenal memiliki hobi bercocok tanam dan kecintaan besar terhadap dunia pertanian. Berawal dari ketertarikan mencoba menanam klengkeng di dataran yang tidak biasa, kini kebun yang dikelolanya justru menjadi salah satu destinasi yang ramai dikunjungi saat musim panen.


Setiap masa panen tiba, masyarakat berbondong-bondong datang langsung ke kebun untuk memetik klengkeng di tempat. Konsep petik langsung ini memberi pengalaman tersendiri bagi pengunjung sekaligus meningkatkan nilai jual buah bagi petani.


Klengkeng Berukuran Besar, Manis, dan Tidak Berair


Jenis klengkeng yang dikembangkan di kebun ini dikenal memiliki ciri:


Ukuran buah relatif besar,


Rasa manis pekat,


Daging buah tebal,


Kadar air tidak terlalu tinggi sehingga tidak hambar,


Tekstur renyah dan segar.


Karakter buah seperti ini sangat diminati pasar, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk kebutuhan usaha kuliner. Tidak heran jika setiap panen, hasil kebun selalu habis diserbu pembeli.


Menuju Agro Wisata Buah di Ngaringan


Keberhasilan budidaya klengkeng ini tidak berhenti pada panen semata. Kukuh memiliki visi jangka panjang untuk mengembangkan kawasan kebunnya menjadi agro wisata buah.


“Saya ingin ada agro wisata di daerah ini,” ungkap Kukuh.

Ke depan, ia berencana terus mengembangkan berbagai jenis buah yang selama ini identik dengan daerah pegunungan agar bisa tumbuh dan berproduksi di Grobogan. Harapannya, kawasan ini tidak hanya menjadi sentra produksi buah, tetapi juga destinasi edukasi dan wisata berbasis pertanian.


Membuka Peluang Baru Ekonomi Desa


Kehadiran kebun klengkeng ini memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar, mulai dari:


Meningkatnya aktivitas ekonomi lokal,


Terbukanya peluang kerja musiman saat panen,


Tumbuhnya usaha kecil seperti kuliner dan perdagangan buah,


Meningkatnya minat generasi muda terhadap pertanian buah.


Model pertanian seperti ini menunjukkan bahwa desa memiliki potensi besar untuk berkembang apabila dikelola dengan inovasi dan keberanian mencoba hal baru.


Keberhasilan budidaya klengkeng di Sumber Agung, Ngaringan, membuktikan bahwa tanah Grobogan tidak hanya cocok untuk tanaman pangan, tetapi juga sangat potensial untuk tanaman buah bernilai tinggi. Dengan semangat petani muda seperti Kukuh Rusady, pertanian Grobogan kini melangkah menuju arah yang lebih maju, modern, dan berorientasi pada wisata serta nilai tambah ekonomi.


Ke depan, bukan tidak mungkin Grobogan akan dikenal sebagai salah satu sentra baru klengkeng dan buah-buahan unggulan di Jawa Tengah..

Post a Comment

Previous Post Next Post